DETERMINANT OF MICROCREDIT REPAYMENT
Farida1
Hermanto Siregar
Nunung Nuryartono
Eka Intan KP
Abstract
This paper investigate the determinants of microcredit repayment by employing the logistic regression on
Keywords:
JEL Classification: C13, G21
1Farida (corresponding author; farida.muchson@gmail.com) is a lecturer at Economic Department, UPI YAI Jakarta. Hermanto Siregar (hermansiregar@yahoo.com) is a professor at Department of Economic, Institut Pertanian Bogor; Nunung Nuryartono (nuryartono@ yahoo.com) and Eka Intan KP (eputri_2@yahoo.com) are lecturers at Department of Economic, Institut Pertanian Bogor.
58Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 19, Nomor 1, Juli 2016
I. PENDAHULUAN
Masalah utama skim kredit di Indonesia selama ini adalah kredit macet. Program Bimbingan masal (Bimas), Intensifikasi masal (Inmas), Intensifikasi khusus (Insus), dan Kredit Usaha Tani (KUT) mengalami tunggakan sehingga konsekuensinya program tidak berlanjut. Skim selanjutnya adalah kredit ketahanan pangan (KKP), namun penyalurannya pun belum optimal. Perbedaan KUT dan KKP adalah sumber pendanaan dan tanggung jawab resikonya (Supadi dan Sumedi, 2004). Sumber pendanaan KUT dari kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dan resiko ditanggung pemerintah. Pendanaan KKP oleh bank pelaksana dan resiko ditanggung 50 persen oleh bank pelaksana. Total jumlah tunggakan KUT mencapai Rp 5,7 trilyun atau 81,4 persen (voice of Indonesia, 2012). Kegagalan KUT ini karena 1) penyalurannya salah sasaran, 2)
Belajar dari pengalaman sebelumnya, dengan perbaikan persyaratan, tingkat suku bunga yang terjangkau, dan resiko kredit, maka kemudian digulirkan program kredit usaha rakyat (KUR) untuk mengganti
KUR disalurkan untuk tujuan pengurangan kemiskinan, termasuk pemberdayaan perempuan. Namun, tampaknya total jumlah wanita yang memiliki akses KUR dalam penelitian ini hanya sekitar 21,93 persen. Padahal resiko moral hazard wanita lebih rendah dibandingkan dengan pria (D’espallier, et al., 2011) harusnya wanita mendapat prioritas untuk mendapatkan kredit. Penelitian (Armendariz dan Morduch, 2005; Chakravarty, et al., 2013) menemukan bahwa peminjam wanita menunjukkan pembayaran kembali yang lebih bagus baik di dua komunitas yaitu masyarakat patriliniel maupun matriliniel. Namun studi empiris ini biasanya
Determinant of Microcredit Repayment |
59 |
untuk pinjaman informal, dimana wanita sebagai nasabah dominan. Menurut the microcredit summit campaign lebih dari 70 persen nasabah keuangan informal adalah wanita. Menurut Okojie, et al. (2010) memperkirakan bahwa 84,2 persen nasabah termiskin keuangan mikro adalah wanita. Kenyataannya banyak pinjaman informal dengan pelanggan wanita yang mengalami gagal bayar juga. Penelitian Godquin (2004) tidak membuktikan bahwa peminjam wanita memiliki pembayaran kembali yang lebih baik. Koefisien hasilnya positif namun tidak signifikan. Kredit usaha rakyat mikro ditujukan kepada usaha mikro dari berbagai sektor, namun data di Gambar 1 menunjukkan yang terbanyak adalah usaha dagang atau ritel. Sektor pertanian tampaknya masih kurang mendapatkan perhatian dilihat dari jatah kredit pertanian yang kecil. Pertanian dianggap sektor yang memiliki tingkat default risk yang tinggi. Dalam penelitian Gebeyehu (2013), para petani mengalami gagal bayar karena alasan
KUR disalurkan untuk membiayai modal kerja usaha dan atau investasi, sehingga diharapkan usaha mikro mampu berkembang. Namun,
Dalam penelitian ini, kita akan melihat sektor ekonomi apakah yang lancar maupun tidak dalam pembayaran KURnya.
Bagian selanjutnya dari paper ini mengulas teori dan studi empiris yang terkait dengan tingkat pengembalian pinjaman. Bagian ketiga mengulas data dan regresi logistik yang digunakan dalam paper ini. Bagian keempat mengulas hasil estimasi dan analisinya, sementara kesimpulan disajikan pada bagian kelima dan menjadi bagian penutup.
II. TEORI
Pinjaman KUT, KKP, program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) berbasis kelompok yang berfungsi sebagai
Lukman dkk (2008) dalam kajian upaya penguatan peran microbanking melalui group approach di Sumatra Barat menyimpulkan bahwa keberhasilan pendekatan pembiayaan
60Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 19, Nomor 1, Juli 2016
berkelompok ini sangat ditentukan oleh karakteristik sosial budaya masyarakat dimana lembaga pembiayaan mikro berada, sehingga tingkat kesuksesan juga beragam yang berdampak terhadap sikap dan perilaku dalam mengelola kredit. Adanya komitmen kelompok yang tinggi yang berasal dari suatu etnis tertentu, menyebabkan tingkat kepatuhan anggota yang cukup tinggi terhadap ketua kelompok selaku pemberi rekomendasi. Tanggung jawab yang dipikul oleh nasabah kelompok ini bersifat tanggung renteng, sehingga fungsi kontrol sosial sangat menentukan motivasi dan komitmen anggota dalam pelunasan kredit. Biasanya jaminan terhadap kesuksesan pelunasan kredit diatur oleh ketua dalam bentuk joint liability atau social collateral.
Jaringan komunikasi yang berkembang saat ini tampaknya bisa mengurangi hambatan dari sisi biaya transaksi yang tinggi dari bank bank formal untuk melakukan penagihan. Biaya komunikasi yang murah dirasa lebih efektif daripada petugas datang langsung ke nasabah. Faktor faktor lain yang diperkirakan mempegaruhi keberhasilan pengembalian kredit adalah perilaku pelaku usaha rumah tangga itu sendiri seperti gender, pendidikan, penyalahgunaan fungsi kredit, pengalaman dalam menggunakan kredit maupun konsumsi rumah tangga. Karakteristik perilaku tersebut bisa dimasukkan sebagai faktor internal dari pelaku usaha mikro atau perilaku peminjam. Setargie (2013) memasukkan faktor kinerja usaha yang buruk yang mempengaruhi keterlambatan pembayaran. Pengalihan kredit untuk penggunakan yang tidak menguntungkan, jumlah tanggungan dan masalah kepemilikan merupakan
Jalaludin (2002) mengidentifikasikan faktor faktor yang mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit pengusaha kecil adalah faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi meliputi; 1) penghasilan bersih yang diterima oleh pengusaha kecil baik dari usaha taninya maupun dari kegiatan di luar pertanian. 2) jumlah tanggungan keluarga. Semakin besar jumlah anggota keluarga berarti semakin besar tanggung jawab rumah tangga dan semakin mengurangi kemampuan untuk membayar kembali pinjaman. 3) Skala usaha, yaitu diukur berdasarkan besarnya modal yang diperlukan untuk menjalankan usaha. 4) frekwensi dan besarnya angsuran. Sedangkan faktor faktor non ekonomi adalah tingkat pendidikan, frekwensi pembinaan, dan bidang usaha. Roslan dan Karim (2009) mengidentifikasi faktor- faktor karakteristik peminjam, karakteristik perusahaan, dan karakteristik pinjaman, sedangkan Nawai dan Shariff (2013) menambahkah karakteristik lembaga keuangan.
III. METODOLOGI
Survey lapangan dilakukan untuk memperoleh informasi spesifik terkait
Determinant of Microcredit Repayment |
61 |
mikro. Penentuan lokasi berdasarkan sampling bertahap (multistage sampling purposive). Tahap pertama, pemilihan provinsi yaitu , Jawa Tengah sebagai penerima kredit usaha rakyat terbesar atau sekitar 15,12 persen dari total plafond KUR tahun 2012. Kedua, pemilihan lokasi kabupaten yaitu berdasarkan penyalur KUR terbesar dan terpilih Kabupaten Pati. Tahap selanjutnya adalah pemilihan kecamatan berdasarkan jarak lokasi kecamatan dengan akses pasar kota diambil kecamatan yang terdekat dan kecamatan yang terjauh dari kecamatan kabupaten kota. Jarak atau lokasi dianggap akan mempengaruhi akses pasar, perbankan, dan informasi yang akan menentukan keberhasilan suatu usaha. Kecamatan yang terpilih adalah Kecamatan Margorejo sebagai kecamatan terdekat dengan jarak 4 kilometer dan Kecamatan Dukuhseti dengan jarak 36 kilometer.
Jumlah sampel yang diambil berdasarkan rumus Slovin2 adalah sebagai berikut; n = N/(1
+N(e)2), dimana N adalah populasi atau total nasabah KUR yang ada di Kabupaten Pati yaitu 25.080 orang dan dengan tingkat kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir/ diinginkan sebesar 8 persen maka diperoleh sampel sebesar 155 rumah tangga usaha mikro yang mendapatkan KUR. Berdasarkan proporsi besarnya KUR yang disalurkan dan banyaknya jumlah desa antar Kecamatan Dukuhseti dan Kecamatan Margorejo, maka sampel di Kecamatan Dukuhseti (86 unit rumah tangga usaha mikro) dan Kecamatan Margorejo sebanyak (69 unit).
Penelitian dalam paper ini menggunakan regresi logistik untuk menentukan
Spesifikasi model logistik untuk suatu peluang kejadian P(Y=1|x) dengan serangkaian variabel penjelas Xi adalah sebagai berikut:
(1)
dan model regresi logistik gandanya:
(2)
2 Lihat antara lain Umar (2004).
62Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 19, Nomor 1, Juli 2016
Secara umum jika sebuah peubah berskala nominal atau ordinal mempunyai k kemungkinan nilai, maka diperlukan
(3)
dimana: |
|
u |
: |
Dju |
: |
βju |
: koefisien peubah boneka |
Xj |
: peubah bebas |
Pendugaan parameter dalam regresi logistik menggunakan pendekatan maximum likehood. Jika peluang suatu kejadian diasumsikan bebas dengan kejadian lain, maka fungsi probabilitasnya adalah:
(4)
Prinsip prosedur MLE adalah menentukan dugaan β yang nilainya akan memaksimumkan joint probability atau peluang bersama n pengamatan. Untuk memudahkan perhitungan dilakukan transformasi dengan logaritma natural, sehingga mendapatkan fungsi log likehood berikut;
(5)
Dengan syarat turunan pertama terhadap α dan β kita dapat memperoleh penduga β yang memaksimumkan ℓ(β) tersebut.
Pengujian model secara keseluruhan dapat dilakukan dengan uji likehood ratio, P, yang tersebar mengikuti bentuk distribusi
(6)
Dimana ModelUR merupakan model unrestricted atau model lengkap dengan βj ≠0. Pada sisi lain, pengujian pengaruh individual
Determinant of Microcredit Repayment |
63 |
|
(7) |
Statistik W ini tersebar mengikuti bentuk distribusi normal.
Interprestasi koefisien untuk model regresi logistik biner dapat dilakukan dengan menggunakan nilai kecenderungan atau odd ratio. Odds ratio bisa didefinisikan sebagai berapa kali kemungkinan
(8)
Sejalan dengan penelitian Roslan dan Karim (2009), serangkaian variabel penjelas yang digunakan mencakup karakteristik peminjam, karakteristik usaha mereka, dan karakteristik produk pinjaman seperti ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1.
Deskripsi
Nama Variabel |
Tipe Variabel |
|
Penjelasan |
|
|
|
|
p(xi) |
Biner |
Pembayaran KUR (1= lancar, 0= terlambat) |
|
Karakteristik peminjam; |
|
|
|
Kecamatan (X1) |
Biner |
Lokasi penelitian (1= Kec. Dukuhseti, 0= Kec. Margorejo) |
|
Gender (X2) |
Biner |
Gender pemilik usaha mikro (1 = |
|
Usia (X3) |
Kontinyu |
Usia pemilik usaha mikro |
|
Tingkat pendidikan (X4) |
|
|
|
Pendidikan_1 |
Biner |
1 |
= SD, 0 lainnya |
Pendidikan_2 |
Biner |
2 |
= SMP, 0 lainnya |
Pendidikan_3 |
Biner |
3 |
= SMA, 0 lainnya |
Pengeluaran makanan (X5) |
Kontinyu |
Jumlah pengeluaran RT untuk makanan/bulan |
|
Pekerjaan sampingan (X6) |
Biner |
1 |
= memiliki pekerjaan sampingan, 0 tidak |
Pasangan bekerja (X6) |
Biner |
1 |
= Suami/istri bekerja, 0 tidak |
Jumlah tanggungan (X7) |
Kontinyu |
Jumlah anak yang masih ditanggung |
|
Karakteristik usaha; |
|
|
|
Jarak ke bank (X8) |
Kontinyu |
Lokasi usaha ke bank (km) |
|
Jenis usaha (X9) |
|
|
|
Jenis usaha_1 |
Biner |
1 |
= dagang dan ritel, 0 lainnya |
Jenis usaha_2 |
Biner |
2 |
= jasa, 0 lainnya |
Jenis usaha_3 |
Biner |
3 |
= pengolahan, 0 lainnya |
Lama usaha (X10) |
Kontinyu |
Berapa lama usaha berdiri (tahun) |
|
|
|
|
|
64Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 19, Nomor 1, Juli 2016
Nama Variabel |
Tipe Variabel |
Penjelasan |
|
|
|
Hambatan usaha (X11) |
Biner |
Hambatan yang dihadapi oleh usaha mikro (1= modal, |
|
|
0 marketing) |
Penjualan (X12) |
Kontinyu |
Penjualan per minggu (Rp) |
Modal kerja (X13) |
Kontinyu |
Modal kerja per minggu (Rp) |
Pengalihan kredit (X14) |
Biner |
Pengalihan penggunaan kredit, 1 = ya, 0 tidak |
Sumber pinjaman lain (X15) |
Biner |
Sumber pinjaman lain, 1 = ya, 0 hanya KUR |
Karakteristik pinjaman; |
|
|
Jaminan (X16) |
|
|
Jaminan_1 |
Biner |
1 = tidak ada jaminan, 0 lainnya |
Jaminan_2 |
Biner |
2 = BPKB motor, 0 lainnya |
Kredit tidak dibatasi (X17) |
Biner |
Apakah pinjaman disetujui sesuai dengan yang diminta |
|
|
(credit constrained), 1= disetujui semua, 0 lainnya |
Periode angsuran (X18) |
Kontinyu |
Lamanya angsuran (bulan) |
|
|
|
IV. HASIL DAN ANALISIS
KUR ini merupakan pinjaman formal yang memiliki ciri yang berbeda dengan jenis pinjaman lain. KUR pertama kali dicanangkan tahun 2007. Awalnya KUR disalurkan melalui 7 bank pelaksana, yaitu Bank Nasional Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Nasional (BTN), Bukopin, Syariah Mandiri, dan BNI Syariah. Untuk mempercepat penyaluran,
|
|
|
Sebaran KUR, 2014 |
|
|
|
|||
|
3% |
13% |
17% |
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
||||
|
5% |
|
|
|
|
|
3% |
|
|
1% |
|
|
|
|
|
1% |
|
|
|
|
|
57% |
|
|
|
|
|
|
|
Pertanian |
|
|
Pengolahan |
|
|
|
Bangunan |
|
Dagang |
|
|
|
|
|
|
||||
Transportasi |
|
Sewa |
|
|
|
Jasa Masyarakat |
|
Lainnya |
|
|
|
|
|
|
Sumber: Data primer diolah
Gambar 1. Sebaran KUR menurut sektor usaha
Determinant of Microcredit Repayment |
65 |
Secara keseluruhan, nilai Non Performance Loan (NPL) penyaluran KUR oleh bank pelaksana ini masih dibawah 5% yaitu sebesar 3,2% (Nopember 2014). Diharapkan pada
|
|
Tabel 2. |
|
|
Karakteristik umum skema KUR |
|
|
|
No. |
Deskripsi |
Penjelasan |
|
|
|
1. |
Tujuan |
Menyediakan modal kerja dan investasi ke usaha mikro yang layak tapi |
|
|
belum bankable |
2. |
Maks. pinjaman |
Rp 20,000,000 |
3. |
Tingkat bunga |
Maks. 22% per tahun |
4. |
Lama periode |
3 tahun untuk modal kerja, 5 tahun untuk investasi |
5. |
Penjamin |
Pemerintah; 80% untuk pertanian, laut dan perikanan, usaha mikro dan 70% untuk |
|
|
sektor lainnya |
6. |
Perusahaan asuransi |
PT Jamkrindo, PT Askrindo, PT Jamkrida Jatim, PT Jamkrida Bali Mandara |
7. |
Sumber dana |
100% oleh bank pelaksana |
8. |
Usaha mikro |
Maks. Aset bersih <= Rp 50 juta diluar tanah dan tempat usaha, atau maks. |
|
|
penjualan Rp 300 juta per tahun, atau tenaga kerja kurang dari 5 orang |
|
|
|
Sumber: |
|
|
|
|
|
4.1. Karakteristik Kreditur
Dalam penelitian ini, variabel dependen merupakan biner antara rumah tangga usaha mikro yang pembayaran kembali pinjaman KUR baik atau lancar, dengan rumah tangga usaha mikro yang mengalami kesulitan dalam pembayaran kredit atau terlambat. Pembayaran baik atau lancar berarti tidak pernah mengalami keterlambatan atau tidak lebih dari dua kali selama masa pelunasan. Pembayaran yang dikategorikan terlambat jika sering mengalami keterlambatan atau lebih dari dua kali. Ini merujuk pada variabel dependent dalam penelitian (Mokhtar et al., 2012) yang mengelompokkan pembayaran yang buruk jika keterlambatan lebih dari 4 kali. Total jumlah responden sebanyak 155 usaha mikro, yang pembayaran pinjaman KUR lancar sebanyak 134 unit atau 86,45 persen dan sisanya sebanyak 21 unit atau 13,55 persen rumah tangga usaha mikro yang mengalami kesulitan. Perempuan memiliki tingkat keterlambatan sebanyak 14,29 persen. Karakteristik peminjam usaha mikro berada di Tabel 3.
66Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 19, Nomor 1, Juli 2016
Tabel 3.
Karakteristik Demografi
|
Pembayaran terlambat |
Pembayaran lancar |
Total responden |
|
|||
Deskripsi |
(N1=21) |
(N2=134 ) |
(N3=155) |
|
|||
Jumlah |
% dari N1 |
Jumlah |
% dari N2 |
|
% N3 |
||
|
|
||||||
|
(n1) |
(n2) |
(N4=n1+n2) |
|
|||
|
|
|
|
|
|||
Demografi; |
|
|
|
|
|
|
|
Gender |
|
|
|
|
|
|
|
18 |
85,71 |
103 |
76,87 |
121 |
|
78,07 |
|
Perempuan |
3 |
14,29 |
31 |
23,13 |
34 |
|
21,93 |
Usia |
|
|
|
|
|
|
|
23 – 37 th |
4 |
19,05 |
64 |
47,76 |
68 |
|
43,87 |
38 – 52 th |
15 |
71,43 |
60 |
44,78 |
75 |
|
48,39 |
53 – 67 th |
2 |
9,52 |
10 |
7,46 |
12 |
|
7,74 |
Pendidikan |
|
|
|
|
|
|
|
SD |
8 |
38,10 |
38 |
28,36 |
46 |
|
29,68 |
SMP |
8 |
38,10 |
38 |
28,36 |
46 |
|
29,68 |
SMA |
4 |
19,04 |
54 |
40,30 |
58 |
|
37,42 |
D3 atau S1 |
1 |
4,76 |
4 |
2,98 |
5 |
|
3,22 |
Sumber: Data primer diolah |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Usia dikelompokkan menjadi 3, proporsi terbanyak antara usia
|
|
|
|
Determinant of Microcredit Repayment |
67 |
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 4. |
|
|
|
|
|
|
|
Karakteristik Ekonomi Peminjam |
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pembayaran terlambat |
Pembayaran lancar |
Total responden |
|
||||
Deskripsi |
(N1=21) |
(N2=134 ) |
(N3=155) |
|
|
|||
Jumlah |
% dari N1 |
Jumlah |
% dari N2 |
|
% dari N3 |
|||
|
|
|||||||
|
(n1) |
(n2) |
(N4=n1+n2) |
|
||||
|
|
|
|
|
|
|||
Kerja sampingan |
|
|
|
|
|
|
|
|
Ya |
2 |
9,52 |
38 |
28,36 |
40 |
|
|
25,81 |
Tidak |
19 |
90,48 |
96 |
71,64 |
115 |
|
|
74,19 |
Pasangan kerja |
|
|
|
|
|
|
|
|
Ya |
11 |
52,8 |
65 |
48,51 |
76 |
|
|
49,03 |
Tidak |
10 |
47,62 |
69 |
51,49 |
79 |
|
|
50,97 |
Jumlah tanggungan anak |
|
|
|
|
|
|
|
|
< 3 |
16 |
76,19 |
101 |
75,37 |
117 |
|
|
75,48 |
>= 3 |
5 |
23,81 |
33 |
24,63 |
38 |
|
|
24,52 |
Pengeluaran makanan |
|
|
|
|
|
|
|
|
<= Rp 1,5 juta |
19 |
90,48 |
122 |
91,04 |
141 |
|
|
90,97 |
>= Rp 1,5 juta |
2 |
9,52 |
12 |
8,96 |
14 |
|
|
9,03 |
Pengeluaran non makanan |
|
|
|
|
|
|
|
|
<= Rp 2,5 juta |
20 |
95,24 |
129 |
96,27 |
149 |
|
|
96,13 |
>= Rp 2,5 juta |
1 |
4,76 |
5 |
3,73 |
6 |
|
|
3,87 |
Sumber: Data primer diolah |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Banyak nasabah KUR yang memiliki kerja sambilan sekitar 25 persen. Sedangkan yang pasangannya bekerja hampir 50 persen. Jumlah tanggungan adalah jumlah anak yang masih bergantung kepada orang tuanya. Dalam penelitian ini, sebagian besar jumlah tanggungan yang dimiliki oleh usaha mikro kurang dari 3 orang yaitu lebih dari 75 persen. ini berarti banyak usaha mikro yang sudah mengikuti progrm keluarga berncana.
Karakteristik usaha dipaparkan di Tabel 5. Jarak adalah seberapa jauh antara lokasi usaha dengan bank.
68Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 19, Nomor 1, Juli 2016
Tabel 5.
Karakteristik Usaha
|
Pembayaran terlambat |
Pembayaran lancar |
Total responden |
||||
Deskripsi |
(N1=21) |
(N2=134 ) |
(N3=155) |
|
|||
Jumlah |
% dari N1 |
Jumlah |
% dari N2 |
|
% dari N3 |
||
|
|
||||||
|
(n1) |
(n2) |
(N4=n1+n2) |
|
|||
|
|
|
|
|
|||
6 |
|
4 |
|
4 |
|
|
|
6 |
|
5 |
|
5 |
|
|
|
Jenis usaha; |
|
|
|
|
|
|
|
Ritel/dagang |
4 |
19,05 |
66 |
49,25 |
70 |
|
45,16 |
Service/jasa |
3 |
14,29 |
27 |
20,15 |
30 |
|
19,36 |
Pengolahan |
6 |
28,57 |
20 |
14,93 |
26 |
|
16,77 |
Lainnya |
8 |
38,09 |
21 |
15,67 |
29 |
|
18,71 |
Hambatan usaha; |
|
|
|
|
|
|
|
Modal |
15 |
71,43 |
88 |
65,67 |
103 |
|
66,45 |
Pemasaran |
6 |
28,57 |
46 |
34,33 |
52 |
|
33,55 |
5,32 juta |
|
4,41 juta |
|
4,54 juta |
|
|
|
per minggu (Rp) |
|
|
|
|
|
|
|
4,57 juta |
|
3,61 juta |
|
3,74 juta |
|
|
|
minggu (Rp) |
|
|
|
|
|
|
|
Frekwensi KUR |
|
|
|
|
|
|
|
Sekali |
9 |
42,86 |
88 |
65,67 |
97 |
|
62,58 |
Lebih sekali |
12 |
57,14 |
46 |
34,33 |
58 |
|
37,42 |
Pengalihan kredit |
|
|
|
|
|
|
|
Ya |
8 |
38,10 |
19 |
14,18 |
27 |
|
17,42 |
Tidak |
13 |
61,90 |
115 |
85,82 |
128 |
|
82,58 |
Sumber pinjaman lain |
|
|
|
|
|
|
|
Ya |
12 |
57,14 |
27 |
20,15 |
39 |
|
25,16 |
Tidak |
9 |
42,86 |
107 |
79,85 |
116 |
|
74,84 |
Ingin mendapat pinjaman |
|
|
|
|
|
|
|
bank lagi |
|
|
|
|
|
|
|
Ya |
17 |
80,95 |
75 |
55,97 |
92 |
|
59,35 |
Tidak |
4 |
19,05 |
59 |
44,03 |
63 |
|
40,65 |
Sumber: Data primer diolah |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Secara keseluruhan, jenis usaha yang ditekuni oleh peminjam KUR adalah ritel/dagang yang biasanya berjualan kebutuhan
Determinant of Microcredit Repayment |
69 |
Lebih dari 65 persen hambatan usaha yang dihadapi oleh usaha mikro adalah karena masalah modal. Termasuk didalamnya adalah mesin sering rusak, sulitnya bahan baku, maupun gagal panen. Sedangkan masalah pemasaran yang dihadapi meliputi terbatasnya skala ekonomi, atau kemampuan usaha mikro untuk memperluas atau meningkatkan produksi, begitu juga kurangnya pelanggan.
Karakteristik pinjaman dalam penelitian ini bisa juga dimaksudkan sebagai karakteristik kelembagaannya, karena karakteristik yang melekat pada
Tabel 6.
Karakteristik Pinjaman
|
Pembayaran terlambat |
Pembayaran lancar |
Total responden |
||||
Deskripsi |
(N1=21) |
(N2=134 ) |
(N3=155) |
|
|||
Jumlah |
% dari N1 |
Jumlah |
% dari N2 |
|
% dari N3 |
||
|
|
||||||
|
(n1) |
(n2) |
(N4=n1+n2) |
|
|||
|
|
|
|
|
|||
Jaminan; |
|
|
|
|
|
|
|
1 = tidak ada |
3 |
14,29 |
4 |
2,98 |
7 |
|
4,5 |
2 = BPKB motor |
3 |
14,29 |
64 |
47,76 |
67 |
|
43,23 |
3 = lainnya |
15 |
71,43 |
66 |
49,25 |
81 |
|
52,29 |
Lama proses (hari) |
13,57 |
|
10,85 |
|
11,22 |
|
|
Jumlah yang disetujui; |
|
|
|
|
|
|
|
Semua |
13 |
61,90 |
121 |
90,30 |
134 |
|
86,45 |
Sebagian |
8 |
38,10 |
13 |
9,70 |
21 |
|
13,55 |
20,76 |
|
20,60 |
|
20,62 |
|
|
|
(bulan) |
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Data primer diolah |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
70Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 19, Nomor 1, Juli 2016
dari jenis jaminan yang diserahkan ke bank, lama proses pengajuan sampai dinyatakan diterima atau ditolak, apakah pinjaman disetujui semua apa sebagian begitu pula periode atau lama angsuran pinjaman sampai lunas.
Karena asimetrik informasi tentang calon nasabah, maka bank mengenakan syarat jaminan yang dimiliki oleh nasabah. Besarnya jaminan akan menentukan besarnya pinjaman yang akan diberikan. KUR mikro merupakan pinjaman tanpa jaminan. Namun kenyataan, bank tetap mensyaratkan jaminan. Meski demikian dari total nasabah KUR, ada sekitar 4,5% KUR mikro tidak melampirkan jaminan. Sekitar 43,23 persen dikenakan jaminan sepeda motor. Sisanya yang terbanyak 52,29 persen
4.2. Hasil Estimasi Model
Estimasi
Dengan melihat
|
|
Determinant of Microcredit Repayment |
71 |
||
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 7. |
|
|
|
|
Hasil estimasi logit |
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
Pembayaran bagus/terlambat |
Odd ratio |
Z |
|
P>│z│ |
|
|
|
|
|
|
|
Kecamatan |
2,19 |
0,78 |
|
|
0,436 |
Gender |
0,95 |
|
|
0,976 |
|
Usia |
0,91 |
|
0,092* |
||
Pendidikan_SD |
1,84 |
0,31 |
|
|
0,755 |
Pendidikan_SMP |
0,40 |
|
|
0,667 |
|
Pendidikan_SMA |
1,77 |
0,29 |
|
|
0,774 |
Jarak ke bank |
0,89 |
|
|
0,345 |
|
Jenis usaha_dagang |
7,88 |
1,23 |
|
|
0,217 |
Jenis usaha_jasa |
0,88 |
|
|
0,922 |
|
Jenis usaha_pengolahan |
0,60 |
|
0,047** |
||
Lama usaha |
1,07 |
0,72 |
|
|
0,469 |
Hambatan usaha |
0,69 |
|
|
0,774 |
|
Penjualan |
1,00 |
2,39 |
|
|
0,017 |
Modal kerja |
0,99 |
|
|
0,017 |
|
Pengeluaran untuk makanan |
0,99 |
|
0,026** |
||
Pekerjaan sampingan |
49,8 |
2,60 |
|
0,009*** |
|
Pasangan bekerja |
4,57 |
1,60 |
|
|
0,10* |
Sumber pinjaman lain |
0,16 |
|
0,03** |
||
Jumlah tanggungan anak |
1,70 |
1,10 |
|
|
0,27 |
Jaminan_tidak ada |
0,03 |
|
0,04** |
||
Jaminan_BPKB_motor |
5,89 |
1,67 |
|
|
0,09* |
Pengajuan kredit tidak dibatasi |
8,36 |
2,03 |
|
0,04** |
|
Pengalihan kredit |
0,41 |
|
0,03** |
||
Periode angsuran |
0,94 |
|
|
0,40 |
|
Konstan |
49,1 |
0,81 |
|
|
0,41 |
|
|
|
|
|
|
Log likelihood
Pseudo R2 = 0,4907, *** = signifikansi 1%, ** = signifikansi 5%, * = signifikansi 10%
Jenis Lapangan Usaha
Jenis lapangan usaha dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 4, yaitu ritel/dagang, jasa, pengolahan (produksi), dan pertanian yang didalamnya termasuk peternakan dan perikanan. Jenis usaha pengolahan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap pembayaran kembali pinjaman.
Peluang usaha pengolahan untuk tidak membayar kembali pinjaman dengan lancar sebesar 0,6 kali dibandingkan dengan jenis usaha lainnya. Dengan kata lain, jenis usaha pengolahan memiliki peluang untuk membayar terlambat sebesar 1,67 kali dibandingkan dengan jenis usaha lain.
72Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 19, Nomor 1, Juli 2016
Jenis usaha pengolahan termasuk yang rentan dengan perubahan harga bahan bakunya. Meningkatnya bahan bakar misalnya, akan langsung meningkatkan biaya produksi tetapi usaha mikro tidak bisa serta merta langsung menaikkan harga jual produknya. Sehingga yang bisa dilakukan hanya mengurangi marjin labanya. Akibatnya usaha mikro pengolahan mengalami kesulitan dalam pembayaran kembali pinjaman. Penelitian ini sejalan dengan Roslan dan Karim (2009) yang mengungkapkan bahwa peluang gagal bayar untuk kegiatan ekonomi jasa/pendukung berkurang dibandingkan dengan
Pengeluaran Makanan
Rumah tangga usaha mikro biasanya memiliki karakteristik proporsi pengeluaran makanan yang lebih besar dibanding dengan pengeluaran non makanan. Pada tingkat signifikasi 5% maka variabel pengelu aran makanan dengan
Hasil estimasi ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengeluaran untuk makanan maka usaha mikro, maka kesulitan untuk membayar kembali pinjaman adalah 1,01 kali lebih besar dibandingkan dengan yang proporsi pengeluaran untuk makanannya sedikit.
Sumber Pinjaman
Hasil estimasi menunjukkan bahwa keberadaan sumber pinjaman lain secara signifikan berpengaruh negatif terhadap pembayaran kembali pinjaman nasabah. Ini berarti semakin besar cicilan yang harus dibayar dari
Secara kuantitiatif, besaran parameter rasio kecenderungan untuk variabel ini adalah 0,16 kali. Ini berarti, peluang nasabah KUR yang memiliki sumber pinjaman lain untuk terlambat bayar adalah sebesar 6,25 kali dibandingkan dengan nasabah yang hanya memiliki sumber pinjaman KUR saja.
Jaminan
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa peminjam KUR usaha mikro sangat bervariasi persyaratan jaminannya. Ada yang tanpa agunan, dengan BPKB motor, ada juga sertifikat. Hasil estimasi model menunjukkan bahwa nasabah yang tidak menggunakan jaminan atau agunan berpengaruh signifikan dalam masalah pembayaran pinjamannya.
Determinant of Microcredit Repayment |
73 |
Peluang nasabah yang tidak menggunakan agunan untuk membayar hutang sebesar 0,033 kali dari nasabah yang menggunakan anggunan. Dengan kata lain peluang untuk terlambat membayar kembali pinjaman sebesar 30,3 kali dibandingkan dengan nasabah yang memiliki agunan. Sedangkan nasabah yang memiliki agunan BPKB motor berpengaruh secara signifikan dan memiliki peluang untuk membayar kembali pinjaman lancarnya sebesar 5,8 kali dibanding dengan yang tidak memiliki agunan. Moral hazard orang berkurang seiring dengan tidak adanya sesuatu yang merugikan dirinya atau adanya keuntungan yang diperolehnya dengan tidak membayar pinjaman dengan lancar. Namun jika ada jaminan yang dikenakan, maka usaha mikro takut jika tidak membayar pinjamannya.
Pengalihan Kredit
Pengalihan kredit usaha ke kegiatan yang bukan produktif dan menguntungkan (credit diversion) mempengaruhi pembayaran kembali pinjaman secara negatif. Usaha mikro yang menggunakan pinjaman bukan untuk hal yang produktif, maka peluang untuk gagal bayarnya sebesar 2,5 kalinya dibandingkan dengan usaha mikro yang menggunakan pinjaman buat usaha. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Setargie, 2013) yang mengungkapkan bahwa pengalihan kredit berpengaruh secara negatif terhadap pembayaran kembali kredit karena tidak menggunakan untuk tujuan yang menguntungkan.
Persetujuan Kredit Langsung
Keputusan persetujuan kredit ini berkaitan dengan screening awal yang dilakukan oleh bank atau pihak pemberi pinjaman. Prosedur penyaringan dengan credit constrained ini dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya moral hazard dan untuk mengurangi risiko kredit. Bank, berdasarkan analisisnya dapat memprediksi tingkat risiko yang melekat pada pinjaman yang mereka kelola dan menghindari peminjam berisiko. Dengan memberikan semua jumlah yang diajukan berarti kepercayaan bank terhadap calon nasabah tersebut tinggi atas dasar ekpektasi pinjaman akan kembali juga besar.
Kecenderungan nasabah KUR yang kreditnya disetujui semua atau tidak mendapatkan pembatasan kredit (credit constrained) untuk membayar pinjaman dengan lancar adalah 8,3 kali dibandingkan dengan nasabah KUR yang mendapat credit constrained. Ini berarti informasi tentang nasabah bisa diperoleh oleh bank, kalau tidak biasanya bank menggunakan jaminan yang dianggap layak untuk mencegah timbulnya
Adanya asimetrik informasi bisa juga diatasi dengan mengenakan tingkat suku bunga yang tinggi, namun untuk program KUR tidak bisa dilakukan karena tingkat bunga sudah ditentukan oleh pemerintah. Menaikkan tingkat suku bunga pun bukan jalan terbaik karena akan meningkatkan beban usaha mikro yang akibatnya akan menyulitkan pembayaran kembali
74Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 19, Nomor 1, Juli 2016
pinjaman. Untuk pasar kredit informal, menaikkan suku bunga sering dilakukan untuk mengatasi asimetrik informasi tersebut. Ketepatan penyaringan nasabah sangat penting agar kejadian yang diperkirakan sama dengan resiko
Pekerjaan Sampingan
Pelaku usaha memiliki waktu yang fleksibel dan tergantung mereka mengaturnya. Dengan memiliki pekerjaan sampingan diharapkan akan memiliki pendapatan yang lebih besar sehingga kemampuan untuk membayar kembali pinjaman semakin besar. Peluang usaha mikro yang memiliki pekerjaan sampingan untuk membayar pinjaman KUR dengan lancar sebesar 49,8 kalinya usaha mikro yang hanya mengandalkan satu usaha saja.
Wongnaa dan Vitor (2013), dalam penelitiannya mengungkap bahwa pekerjaan tambahan dari off farm memiliki pengaruh positif dalam pembayaran hutang. Memiliki banyak usaha oleh (Tundui dan Tundui, 2012) juga mengurangi masalah dalam pembayaran pinjaman. Keuntungan dari usaha lain bisa membantu dalam pembayaran pinjaman.
Pasangan Bekerja
Rumah tangga usaha mikro yang pasangan suami/istri bekerja maka peluang untuk membayar pinjaman dengan lancar sebesar 4,5 kalinya dibanding dengan rumah tangga usaha mikro yang pasangannya tidak bekerja. Pasangan rumah tangga yang suami/istri bekerja memiliki pendapatan yang lebih besar sehingga kemampuan untuk membayar pinjaman lebih besar.
Usia
Semakin tua usia maka peluang untuk membayar pinjaman 0,9 kalinya dibanding dengan usia kepala rumah tangga yang lebih muda. Dengan kata lain, peluang rumah tangga usaha mikro yang usianya lebih muda untuk membayar pinjaman dengan lancar sebesar 1,1 kalinya dibanding dengan usaha mikro yang usia kepala rumah tangganya lebih tua.
Determinant of Microcredit Repayment |
75 |
membayar pinjaman lebih besar dibandingkan dengan wanita (wongnaa dan Vitor, 2013). Gender menurut hasil penelitian Setargie (2013), tidak signifikan tetapi bertanda negatif yang mengindikasikan bahwa peminjam perempuan adalah pembayar kredit yang lebih baik dari
Lokasi Usaha
Lokasi dimana rumah tangga usaha mikro berada ternyata tidak signifikan mempengaruhi dalam membayar pinjaman. Lokasi tidak mempengaruhi signifikan dalam pembayaran KUR karena karakteristik dari usaha mikro bersifat homogen dan penyaluran maupun persyaratan KUR sama di setiap kecamatan di Indonesia. Kecamatan Margorejo sebagai kecamatan yang lebih mendekati perkotaan, sedangkan Kecamatan Dukuhseti lebih bersifat perdesaan dan pesisir yang sangat jauh dari perkotaan. Namun demikian, karakterisitik dalam membayar kembali pinjaman KUR baik sebagai orang pedesaan maupun perkotaan tidak signifikan mempengaruhi.
Masyarakat pedesaan yang dianggap memiliki keterkaitan dan keterikatan sosial dan budaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat perkotaan, ternyata tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal kecendrerungan mempengaruhi pembayaran kembali KUR. Namun demikian, meski tidak signifikan, koefisien Dukuhseti memiliki arah yang positif.
Spesifikasi model dalam paper ini berbeda dengan penelitian Srinivas (2015) yang memasukan
Jumlah Tanggungan
Semakin besar tanggungan keluarga maka semakin besar pengeluaran untuk makanan. Hasil estimasi menunjukkan jumlah tanggungan tidak signifikan mempengaruhi kecenderugan usaha mikro untuk tidak membayar pinjaman. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Setargie (2013), dimana jumlah tanggungan signifikan secara negatif terhadap pembayaran pinjaman.
Dalam penelitian ini, lebih dari 75 persen nasabah memiliki anak kurang dari tiga. Jumlah tanggungan yang diukur dalam penelitian ini hanya jumlah anak yang masih menjadi tanggungan orang tua. Hasil estimasi kemungkinan berbeda ketika pengukuran variabel beban
76Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 19, Nomor 1, Juli 2016
tanggungan mencakup semua orang yang menjadi tanggungan suatu keluarga, termasuk orang tua, pasangan yang tidak bekerja, ponakan, dan lainnya.
Karakteristik Usaha dan Periode Pembayaran
Untuk karakteristik usaha,
Periode pembayaran tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan nasabah untuk membayar kembali pinjamannya, meski arahnya menunjukkan negatif. Hasil estimasi ini berbeda dengan penelitian Vitor (2012) yang menemukan periode pembayaran signifikan negatif mempengaruhi pembayaran kembali.
V. KESIMPULAN
Studi empiris dalam paper ini telah menunjukkan
Secara umum,
Perlu digarisbawahi bahwa penelitian empiris yang dituangkan dalam paper ini, memiliki keterbatasan dalam jumlah sampel, dan terbatas hanya dari satu kabupaten yang sama. Dengan demikian, paper ini perlu untuk dikembangkan dengan memperluas data dan cakupan wilayah secara nasional.
Determinant of Microcredit Repayment |
77 |
DAFTAR PUSTAKA
Armendariz, B. dan Morduch, J. (2005). The Economics of Microfinance, MIT Press, Cambridge, MA.
Chakravarty, S., Iqbal, S.M.Z., Shahriar, A.Z.M. (2013). Are Women “Naturally” Better Credit Risks in Microcredit? Evidence from Field Experiments in Patriarchal and Matrilineal Societies in Bangladesh. Annual Meeting of the American Economic Association in Philadelphia.
D’espallier, B. Guerin, I. Mersland, R. (2011). Woman and Repayment in Microfinance: A Global Analysis. World Development Vol. 39, No. 5. Pp
Gebeyehu, Z. Beshire, H. And Haji, J. (2013). Determinants of Loan Repayment Performance of Smallholder Farmers: The Case of Kalu District, South Wollo Zone, Amhara National Regional State, Ethiopia. International Journal of Economics, Business and Finance Vol. 1, No. 11, December 2013, PP: 431- 446, ISSN:
Godquin, M. (2004). Micro Finance Repayment Performance in Bangladesh: How to Improve the Allocation of Loan by MFIs. World Development, Vol. 32, No. 11, pp.
Ibeleme, Sylvester N.O., Godwin C. O., and Odionye, J. C. (2013). Determinants of loan size and repayment performance of small oil producers in Nigeria: The case study of Abia State. International Journal of Business Management and Administration Vol. 2(3), pp.
Jalaludin. (2002). Studi Komparasi Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang Berdasarkan Syariah dengan BPR Konvensional dalam Pemberian kredit untuk Pengusaha Kecil Perdesaan di Nusa Tenggara Barat (NTB). Tidak dipublikasikan. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor
Juanda, B. (2009). Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor: IPB Press.
Lukman, S. dkk. (2008). Kajian Upaya Peran Microbanking dan Pendekatan Pembiayaan Kelompok dalam Rangka Pengembangan UMK di Sumatra Barat. Bank Indonesia dan Centre for Banking Reasearch Universitas Andalas
Mokhtar, S.H., Nartea, G., and Gan, C. (2012). Determinants of microcredit loans repayment problem among microfinance borrowers in Malaysia. International Journal of Business and Social Research (IJBSR), Vol. 2, No. 7, December 2012
Nawai, N., Shariff, M.N. (2013). Determinants of Repayment Performance in Microfinance Programs in Malaysia. Labuan Bulletin of International Business & Finance, Vol. 11, 2013, 14 – 29.
78Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 19, Nomor 1, Juli 2016
Ofonyelu, C., and Alimi, R.S. (2013). Perceived Loan Risk and Ex Post Default Outcome: Are the Bank’s Loan Screening Criteria Efficient?. Asian Economic and Financial Review, 2013,
Ojiako, I. A, and Ogbukwa, B. C. (2012). Economic Analysis of Loan Repayment Capacity of Smallholder Cooperative Farmers in Yewa North Local Government Area of Ogun State, Nigeria. African Journal of Agricultural Research Vol. 7(13), pp.
Oke, J.T.O., Adeyemo, R., and Agbonlahor, M.U. (2007). An Empirical Analysis of Microcredit Repayment in Southwestern Nigeria. Humanity & Social Sciences Journal 2 (1):
Okojie, C.,
Onyeagocha, S.U.O, Chidebelu, S. A. N. D, Okorji, E.C.O, Ukoha, A.H. Osuji, M.N and Korie, O.C. (2012). Determinants of Loan Repayment of Microfinance Institutions in Southeast States of Nigeria. International Journal of Social Science and Humanities Vol.1 No.1 April 2012 ISSN
Roslan, A.H. and Karim, M.Z.A. (2009). Determinants of Microcredit Repayment in Malaysia: The Case of Agrobank. Humanity & Social Science Journal 4(1):
Srinivas, H. (2015). Borrower Evaluation in the Informal Credit Markets. GDRC Reseaarch Output
Supadi dan Sumedi. (2004). Tinjauan Umum Kebijakan Kredit Pertanian. ICASERD working paper No. 25. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Departemen Pertanian
Voice of Indonesia. (2012). Kredi Usaha Tani Macet. .
Setargie, S. 2013. Credit Default Risk and its Determinants of Microfinance Industry in Ethiopia. The Journal of Young Economists.
Determinant of Microcredit Repayment |
79 |
Tundui, C., and Tundui, H. (2012). Microcredit, Micro Enterprising and Repayment Myth: The Case of Micro and Small Women Business Entrepreneurs in Tanzania. American Journal of Business and Management Vol. 2, No. 1, 2013,
Vitor, D.A. (2012). Determinants of Loan Repayment Default among Farmers in Ghana. Journal of Development and Agricultural Economics Vol. 4(13), pp.
Wongnaa, C.A., and Vitor, D.A. (2013). Factors Affecting Loan Repayment Performance Among Yam Farmers in the Sene District, Ghana. Agris
80Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 19, Nomor 1, Juli 2016
Halaman ini sengaja dikosongkan